BERBEDA
Beda , adalah hal yang mungkin kerap kali menghiasi pikiran kita.
Terlihat tidak seperti biasanya. Kadang kata indah yang kita dapat dari
perbedaan pada diri kita, namun tidak jarang pula cemoohan yang kita terima.
Aku adalah budak. Terkukung dalam nafsuku dan belum merdeka dalam duniaku
sendiri. Melawan nafsu. Hanya dua kata, namun beribu peluh bercucur dalam
mejalaninya. Sungguh aku percayai bahwa memang nafsu adalah musuh terbesar bagi
kita. Perlu di garis bawahi, dalam kaitan ini kita jangan memaknainya dalam
konotasi akan hal-hal yang vulgar. Nafsu di sini mencakup segala hal. Sekecil
apapun itu bila sudah melangar norma yang selama ini kita pegang teguh, bisa
dikatakan bahwa itu adalah nafsu. Singkatnya adalah nafsu akan selalu membujuk kita
melakukan hal yang selama ini menjadi koridor kita untuk tidak menyentuhnya
ataupun menghindarinya.
Masa peralihan remaja menuju dewasa. Pubertas. Masa dimana jati
diri adalah hal yang selalu menjadi piala utama untuk kita perebutkan.
Pengakuan lingkungan sosial merupakan emas mulia bagi diri kita. Mahal harganya
dan sulit dicari. Terkadang banyak dari kita mencari jati diri melalui jalan
yang salah. Melalui: tawuran, menjadi punk, ngedrugs, sex bebas adalah beberapa
jalan yang salah untuk menacari jati diri. Banyak faktor yang mempengaruhi
mengapa sebagian dari kita memilih jalan tersebut. Bila kita mencari inti sari
permasalahannya adalah terletak pada
tidak pekanya lingkungan sosial akan apa yang kita butuhkan.
Aku adalah pecandu dunia vulgar. Dunia penuh fantasi desah. Menutup
akan jerit derita dibalik semuanya. Rudal kodrati ini selalu saja menurut pada
nafsu yang melintas. Berbagai hal sudah kulakukan untuk menanggulangi nafsu
tersebut. Apalah daya, aku hanyalah anak muda yang belum menemukan jati diri
dan masih terkunkung dalam nafsu birahi. Akau sudah teramat bosan menjalani ini
semua. Aku rindu masa lugu bertahun-tahun yang lalu. Bermain dengan sebaya,
mandi di sawah, hujan-hujanan dan masih banyak lagi yang aku rindukan. Seolah
kini semua sudah menjadi pemimpin di planet masing-masing. menjadi makhluk di
galaksi yang berbeda. Bertemu adalah hal yang teramat sulit. Semoga saja badai
ini lekas berakhir. Berganti ranum fajar merah. Duduk ditepi sawah menunggu
adzan maghrib sambil bercanda tawa. Ingatkah itu. Kini hanya satu kata yang
mampu menggambarkannya. BERBEDA.
Ibu maafkan anakmu ini. Harapku kau bisa melihat kelak
kesuksesanku. Sehatlah selalu. Akhir-akhir ini kau jatuh sakit. Dinding hatiku
terketuk, berharap runtuh saja. Aku sangat sayang padamu. Doakan deawasaku
beriring dengan senyum tuamu yang indah. Amin.
Semarang 1 Maret 2017
Ditulis menjelang dzuhur, setelah khilaf diiringi lagu sendu dan
secangkir kopi susu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar