selamat siang kalian, kaum patah hati yang masih saja bergelut dengan rindu dan amsara yang entah sampai kapan akan berakhir. setelah sekian lama berpikir bagaimana caranya untuk mengekspresikan kesal dalam hati dan pikiran ini, saya putuskan untuk mencurahkannya melalui blog saja. entah nantinya banyak yang membaca atau tidak, itu bukan tujuan utama saya. hal yang terpenting adalah tersampaikannya pikiran saya. semoga saja dengan beriringnya waktu blog ini akan menjadi bagus dan banyak yang membaca, amin.
untuk mengawali blog ini, saya hanya akan membagikan sedikit cerita saya tentang kisah asamara. yaaa....kisah saya terhadap seorang wanita yang sudah bertahun-tahun saya pendam. langsung saja dibawah ini-lah kisahnya. tidak lupa, apabila tulisan saya masih jauh dari kata bagus harap dimaklumi hehehe...
LEBAH PEKERJA
Tahun
itu, ya tahun dimana pakaian distro adalah tolak ukur menjadi keren. Baru lulus
sekolah dasar, namun berhasrat jadi dewasa dan sok gaul. “rak distro rak keren”
ejekan yang diterima apabila kita berdandan cupu dan tidak seperti mereka. Jujur
saat itu aku belum khitan, sebab rata-rata anak laki-laki di sini khitan saat hendak beranjak kelas dua
SMP. Aku biasa dipanggil “Mas Bro”, entah siapa yang memulai aku lupa
persisnya. Aku mejalani rutinitas sebagai pelajar disalah satu SMP tua yang ada
dikota ini. Letaknya berdampingan dengan sekolah dasar yang bisa dikatakn
lumayan elit. Rata-rata yang bersekolah anak orang kaya, hehehe…….. Kembali
lagi ke sekolahku. Aku tak mengenal siapa-siapa waktu itu, memang aku adalah
orang yang cukup lama untuk beradaptasi. Paling cepat satu semester adalah
waktu yang aku butuhkan untu menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah baru.
Campur
aduk, teman satu kelas kebanyakan memang dari desa yang berbeda-beda. Logat dan
bahasa kami juga cukup berwarna, meskipun masih satu kota. Ada yang bicara
seperti ngapak, bila di akhir kalimat ditambahi dengan imbuhan; neni, ra, heeh,
to dan masih banyak lagi. Aku hanya punya satu teman dari desa yang sama,
tetapi kelas kita berbeda. Hal ini menguntungkan bagiku. Jika sedang bolos atau
kena masalah jadi aman, karena tidak ada penyambung lidah untuk
memberitahukannya pada Ibuku.
Pastinya
dalam satu kelas terdiri dari laki-laki dan perempuan kan. Nah…… disini aku
akan mulai menceritakan kisah asmara anak ingusan (aku) wkwk. Singkat cerita,
dalam barisan tempat duduku ada satu gadis yang cukup menyita ruang di otakku
sampai kini. Cantik itu relative, tapi lesung pipinya hmmmm…. aduh mama
sayange. Gula rendah lemak-pun lewat. Madu berlogo tunas kelapa juga lewat.
Berlebihan, biarlah memang demikian adanya. Namanya bagus, tapi dia lebih sering
dipanggil Amnose. Panggilan itu sebenarnya hanya singkatan nama panjangnya
saja.
Sering
sekali aku bercanda gurau dengannya. Ada saja hal yang selalu bisa dijadikan
guyonan. Akrab, adalah kata yang mungkin pantas
dikatakan untuk hubungan antara
kami. Dia anak yang pandai, berjilbab dan rajin. Tugas hampir selalu dia
kerjakan. Ulangan selalu nilai bagus yang didapatkan. Beda denganku,
tapiiiiiii…. Ahsudahlah.
Singkat
cerita, kini kita berdua sudah menjadi mhasiswa perguruan tinggi di Jawa
tengah. Bisa dibilang sama-sama negeri
tapi keren universitas dia. Aku kuliah dijurusan muamalah, ya…jurusan yang
selalu diakhiri pertanyaan“opo kui” (apa itu). Sedangkan dia kini kuliah di
jurusan ilmu perpustakaan, jurusan yang orang kira hanya bergelut dengan buku
namun jauh dari persepsi.
Hampir
bertahun-tahun kita tidak pernah berjumpa, ya…. Memang karena jarak adalah
orang ketiga diantara kita. Pesawat telepon adalah salah satu penghubung
komunikasi diantara kami. Berbalas pesan, bercerita tentang kisah
masing-masing. saling membantu dalam hal tugas sekolah. Indah betul kenagan
itu. Atau jangan-jangan hanya aku yang berbaik sangka. Dia hanya menganggap
semua lukisan masa lalu itu hanyalah semu pelangi saja. Curiga saja rasanya
hidupku ini.
Aku
menulis panjang lebar rekam kenangan ini karena entah kenapa kesal di pikiran
ini meluap begitu saja. Aku rasa, hanyalah kehadiranku sebagai Avatar saja.
Dibutuhkan saat penting saja. Aku juga merasa benci ketika melihat raut mukanya
dari kejauhan nampak masam. Bergumam
seakan “ aduh ada rifqi”. Berbeda saat berpapasan, seakan senyum indah dia
haturkan padaku. Aku berburuk sangka, apakah semua ini penyebab aku
mengutarakan cintaku. Ah entahlah, benci selalu mengiringi. Kau menjebakku
dengan pertanyaan apa itu cinta. Ternyata perangkapmu berhasil. Aku selalu
terngiang apa itu cinta. Apakah benar cinta atau agape itu tidak berdefinisi.
Ternyata setelah sekian lama, aku tau jawabnnya. Kau salah,sangat amat salah.
Kau hanya termakan kata-kata indah. Aku tegasakan. Diriku bukanlah lebah
pekerja. Mencari putik untukmu tanpa mendapat upah.
20
hujan 2017
Pemuda
tak bertahta dihatimu
Ditulis
menjelang subuh diiringi alunan deru angin dan segelas coklat panas.