Minggu, 26 Februari 2017

pembuka dengan gelisahku

            selamat siang kalian, kaum patah hati yang masih saja bergelut dengan rindu dan amsara yang entah sampai kapan akan berakhir. setelah sekian lama berpikir bagaimana caranya untuk mengekspresikan kesal dalam hati dan pikiran ini, saya putuskan untuk mencurahkannya melalui blog saja. entah nantinya banyak yang membaca atau tidak, itu bukan tujuan utama saya. hal yang terpenting adalah tersampaikannya pikiran saya. semoga saja dengan beriringnya waktu blog ini akan menjadi bagus dan banyak yang membaca, amin.

            untuk mengawali blog ini, saya hanya akan membagikan sedikit cerita saya  tentang kisah asamara. yaaa....kisah saya terhadap seorang wanita yang sudah bertahun-tahun saya pendam. langsung saja dibawah ini-lah kisahnya. tidak lupa, apabila tulisan saya masih jauh dari kata bagus harap dimaklumi hehehe...



LEBAH PEKERJA

Tahun itu, ya tahun dimana pakaian distro adalah tolak ukur menjadi keren. Baru lulus sekolah dasar, namun berhasrat jadi dewasa dan sok gaul. “rak distro rak keren” ejekan yang diterima apabila kita berdandan cupu dan tidak seperti mereka. Jujur saat itu aku belum khitan, sebab rata-rata anak laki-laki di  sini khitan saat hendak beranjak kelas dua SMP. Aku biasa dipanggil “Mas Bro”, entah siapa yang memulai aku lupa persisnya. Aku mejalani rutinitas sebagai pelajar disalah satu SMP tua yang ada dikota ini. Letaknya berdampingan dengan sekolah dasar yang bisa dikatakn lumayan elit. Rata-rata yang bersekolah anak orang kaya, hehehe…….. Kembali lagi ke sekolahku. Aku tak mengenal siapa-siapa waktu itu, memang aku adalah orang yang cukup lama untuk beradaptasi. Paling cepat satu semester adalah waktu yang aku butuhkan untu menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah baru.

Campur aduk, teman satu kelas kebanyakan memang dari desa yang berbeda-beda. Logat dan bahasa kami juga cukup berwarna, meskipun masih satu kota. Ada yang bicara seperti ngapak, bila di akhir kalimat ditambahi dengan imbuhan; neni, ra, heeh, to dan masih banyak lagi. Aku hanya punya satu teman dari desa yang sama, tetapi kelas kita berbeda. Hal ini menguntungkan bagiku. Jika sedang bolos atau kena masalah jadi aman, karena tidak ada penyambung lidah untuk memberitahukannya pada Ibuku.

Pastinya dalam satu kelas terdiri dari laki-laki dan perempuan kan. Nah…… disini aku akan mulai menceritakan kisah asmara anak ingusan (aku) wkwk. Singkat cerita, dalam barisan tempat duduku ada satu gadis yang cukup menyita ruang di otakku sampai kini. Cantik itu relative, tapi lesung pipinya hmmmm…. aduh mama sayange. Gula rendah lemak-pun lewat. Madu berlogo tunas kelapa juga lewat. Berlebihan, biarlah memang demikian adanya. Namanya bagus, tapi dia lebih sering dipanggil Amnose. Panggilan itu sebenarnya hanya singkatan nama panjangnya saja. 

Sering sekali aku bercanda gurau dengannya. Ada saja hal yang selalu bisa dijadikan guyonan. Akrab, adalah kata yang mungkin pantas  dikatakan  untuk hubungan antara kami. Dia anak yang pandai, berjilbab dan rajin. Tugas hampir selalu dia kerjakan. Ulangan selalu nilai bagus yang didapatkan. Beda denganku, tapiiiiiii…. Ahsudahlah.

Singkat cerita, kini kita berdua sudah menjadi mhasiswa perguruan tinggi di Jawa tengah. Bisa dibilang  sama-sama negeri tapi keren universitas dia. Aku kuliah dijurusan muamalah, ya…jurusan yang selalu diakhiri pertanyaan“opo kui” (apa itu). Sedangkan dia kini kuliah di jurusan ilmu perpustakaan, jurusan yang orang kira hanya bergelut dengan buku namun jauh dari persepsi. 

Hampir bertahun-tahun kita tidak pernah berjumpa, ya…. Memang karena jarak adalah orang ketiga diantara kita. Pesawat telepon adalah salah satu penghubung komunikasi diantara kami. Berbalas pesan, bercerita tentang kisah masing-masing. saling membantu dalam hal tugas sekolah. Indah betul kenagan itu. Atau jangan-jangan hanya aku yang berbaik sangka. Dia hanya menganggap semua lukisan masa lalu itu hanyalah semu pelangi saja. Curiga saja rasanya hidupku ini.

Aku menulis panjang lebar rekam kenangan ini karena entah kenapa kesal di pikiran ini meluap begitu saja. Aku rasa, hanyalah kehadiranku sebagai Avatar saja. Dibutuhkan saat penting saja. Aku juga merasa benci ketika melihat raut mukanya dari kejauhan  nampak masam. Bergumam seakan “ aduh ada rifqi”. Berbeda saat berpapasan, seakan senyum indah dia haturkan padaku. Aku berburuk sangka, apakah semua ini penyebab aku mengutarakan cintaku. Ah entahlah, benci selalu mengiringi. Kau menjebakku dengan pertanyaan apa itu cinta. Ternyata perangkapmu berhasil. Aku selalu terngiang apa itu cinta. Apakah benar cinta atau agape itu tidak berdefinisi. Ternyata setelah sekian lama, aku tau jawabnnya. Kau salah,sangat amat salah. Kau hanya termakan kata-kata indah. Aku tegasakan. Diriku bukanlah lebah pekerja. Mencari putik untukmu tanpa mendapat upah.  

20 hujan 2017
Pemuda tak bertahta dihatimu
Ditulis menjelang subuh diiringi alunan deru angin dan segelas coklat panas.
 


     


Tidak ada komentar:

Posting Komentar