Selasa, 21 Maret 2017

MELEPASKAN UNTUK MENJAGA



MELEPASKAN UNTUK MENJAGA
Beberapa hari belakangan ini kotaku menimba ilmu dilanda hujan. Cuaca yang sangat enak untuk memutar kembali kenangan. Akhir-akhir ini aku juga mulai dekat dengan salah seorang bunga yang dulu pernah layu. Yaaa….. benar mantan kekasih yang kini hadir dan mencoba membangun pondasi ranum asmara bersamaku lagi. Namun sedikit ada kegelisahan dalam hatiku. Aku dekat dengan seorang wanita namun aku juga masih mengharapkan cinta dari wanita yang sedari lama aku puja.
Amnose, yaaaa….wanita yang kerap kali aku panggil gadis tudung labu itu entah mengapa hinggaa kini tak kunjung bisa terhapus dari pikiranku. Entah mengapa aku selalu terpikat padanya. Hanya saja dia adalah bidadari surga, sedangkan aku adalah pemuda jalang yang tak kunjung kembali ke fitrah putih religiusnya. Bukankah dua analogi tersebut tidak pantas bila disandingkan. Penutupnya adalah , sia-sia saja bila aku mengejar yang memang taka ada ketertarikan padaku, sedangkan disana ada yang menuggu sejak lama perhatianku. Aku tidak menyesal, aku tidak lelah. Sampai kapan-pun aku akan tetap mencintainya. Memandang kebahagiannya bersama dengan pilihannya. Yang paling terpenting adalah, setidaknya dia tau aku selama ini menaruh rasa padanya. Semoga kita saling bahagia kelak. Walapun tidak dalam satu atap asmara, hanya aku berharap kita tetap saling menyebut nama dalam doa. Ini adalah konklusiku, akhir pelarianku. Tetapi ini adalah garis akhir dari ketersia-sian.

Ditulis sehabis rintik hujan sore
Beringin, 14 Maret 2017
Pemuda jalang tampang kusam.

AIR DAN API TENGAH MALAM



AIR DAN API TENGAH MALAM

Air dan api, mungkin bagi pecinta lagu-lagunya  naïf mengira judul tulisanku adalah tentang lagu band tersebut. Nyatanya bukan itu yang aku maksud. Disini aku akan menceritakan kisah harinku kembali. Cerita tentang kekhilafanku dalam melepaskan diri dari segitiga birahi dan bermacam keluh kesahku.
Tidur larut malam. Itu adalah salah satu hal yang entah mengapa selalu terulang kembali. Padahal nyatanya tidak selalu ada hal yang menuntutku untuk begadang, namun tetap saja aku jarang tidur awal. Kecuali jika memang raga ini benar-benar butuh istirahat. Kembali lagi ketopik semula. Air dan api tengah malam. Apakah itu maksudnya. Yang aku maksud disini adalah temanku dikala bercanda, bediskusi, dan dikala aku tersudut dalam ruang religiku yang gelap. Sisi dimana aku seperti hitam yang tak kunjung putih kembali. Air dan api tengah malam adalah batang nikotin juga segelas kopi. Teman menghangtkan dalam sesak paru-paru dan asam lambung yang entah kapan akan mengancamku.
Bagi kalangan pemuda pria, begadang, rokok dan kopi adalah kesinambungan yang tepat. Tepat untuk memicu munculnya ide dan berbagai macam hal yang imajinatif. Buruk memang, tetapi bagaimana lagi bila candu sudah melilit. Sulit untuk melepaskan jeratnya. Hanya satu yang aku tau, kamu adalah subjek pendukung alasanku untuk menepi dari itu semua. Ya…kamu gadis bertudung labu. Amelia Noormalita setyani.

Senin, 13 Maret 2017

HARAPAN



HARAPAN
(untuk Amelia Noormalita Setyani)


Kenapa selalu saja lahir Harapan penuh imaji
Padahal jawabnya hanyalah semburat api
Hendak membakar hati namun basah
Ami ….butakah hatimu

Ingin sekali telinga ini mendengar ucapan “ terima kasih kamu telah mencintaiku”, walapun aku tahu akhir ucapanmu adalah kau tidak sebaliknya cinta padaku.

1 Maret 2017
Ditulis saat dzuhur sembari bernostalgia kenangan kelas tujuh smp.

Jumat, 03 Maret 2017

SUBJEK SEMU



SUBJEK SEMU

Kita hidup di dunia ini pastinya tidak bisa sendirian. Kita diciptakan oleh Yang Kuasa digariskan sebagai makhluk sosial. Dimanapun dan kapanpun kita akan selalu membutuhkan bantuan yang lainnya.
Sekali lagi, pikiranku terngiang akan teman-temanku yang dulu pernah menghiasi hidupku sekarang kemana. Bagaimanakah nasibnya. Apakah baik, ataupun buruk, semoga saja tidak demikian. Jujur saja aku tidak pernah merasakan menjadi siswa TK, aku dulu langsung melompat ke jenjang SD. Maklumlah, desaku baru ada TK sekitar 2009. Terkadang terlintas dipikiran, rindu ini sesak untuk dikenang pahit untuk diingat namun sangat berarti adanya.
Kerap kali aku juga berpikir,”dasar teman, ketika saling dalam seperjalanan dekat bagai amplop dan prangko, namun coba lihat ketika sudah berpisah, menegur lewat tulisan pesan singkat saja tidak pernah”. Dasar subjek semu. Mengapa aku sebut seperti itu?. Ya….karena memang bagiku teman yang sudah hilang belas kasihnya adalah seperti subjek semu, antara adan dan tiada. Aku adalah tipe orang yang amat senang mengingat memori kenangan. Sekecil apapun itu dan selampau kapanpun kisah itu aku pasti ingat. Entah kenapa ini bisa ada pada diriku. Andaikan saja kemampuan ini bisa aku gunakan untuk menghafal beribu rumus matematika dan fisika. Sayang, ternyata kemampuanku itu tidak berlaku untuk ilmu Eksak.
Sendiri berjalan tidaklah menyenangkan. Serasa berjalan di jalan protokol di sinari lampu jalanan ditengah malam badai. Dingin, menusuk kedalam tubuh. Hangat, hal yang sulit aku temui tanpamu teman. Cobalah mengerti keluh kesahku ini. Aku tak suka seperti ini. Dulu  sedekat nadi mengapa kini sejauh bumi dan matahari. Kembalilah seperti dulu. Datangi aku, dekap aku, aku rindu kalian teman-temanku.

Ditulis 3 Maret 2017
Selepas Adzan Ashar sehabis tidur siang

Rabu, 01 Maret 2017

BERBEDA



BERBEDA

Beda , adalah hal yang mungkin kerap kali menghiasi pikiran kita. Terlihat tidak seperti biasanya. Kadang kata indah yang kita dapat dari perbedaan pada diri kita, namun tidak jarang pula cemoohan yang kita terima. Aku adalah budak. Terkukung dalam nafsuku dan belum merdeka dalam duniaku sendiri. Melawan nafsu. Hanya dua kata, namun beribu peluh bercucur dalam mejalaninya. Sungguh aku percayai bahwa memang nafsu adalah musuh terbesar bagi kita. Perlu di garis bawahi, dalam kaitan ini kita jangan memaknainya dalam konotasi akan hal-hal yang vulgar. Nafsu di sini mencakup segala hal. Sekecil apapun itu bila sudah melangar norma yang selama ini kita pegang teguh, bisa dikatakan bahwa itu adalah nafsu. Singkatnya adalah nafsu akan selalu membujuk kita melakukan hal yang selama ini menjadi koridor kita untuk tidak menyentuhnya ataupun menghindarinya.
Masa peralihan remaja menuju dewasa. Pubertas. Masa dimana jati diri adalah hal yang selalu menjadi piala utama untuk kita perebutkan. Pengakuan lingkungan sosial merupakan emas mulia bagi diri kita. Mahal harganya dan sulit dicari. Terkadang banyak dari kita mencari jati diri melalui jalan yang salah. Melalui: tawuran, menjadi punk, ngedrugs, sex bebas adalah beberapa jalan yang salah untuk menacari jati diri. Banyak faktor yang mempengaruhi mengapa sebagian dari kita memilih jalan tersebut. Bila kita mencari inti sari permasalahannya adalah terletak pada  tidak pekanya lingkungan sosial akan apa yang kita butuhkan. 
Aku adalah pecandu dunia vulgar. Dunia penuh fantasi desah. Menutup akan jerit derita dibalik semuanya. Rudal kodrati ini selalu saja menurut pada nafsu yang melintas. Berbagai hal sudah kulakukan untuk menanggulangi nafsu tersebut. Apalah daya, aku hanyalah anak muda yang belum menemukan jati diri dan masih terkunkung dalam nafsu birahi. Akau sudah teramat bosan menjalani ini semua. Aku rindu masa lugu bertahun-tahun yang lalu. Bermain dengan sebaya, mandi di sawah, hujan-hujanan dan masih banyak lagi yang aku rindukan. Seolah kini semua sudah menjadi pemimpin di planet masing-masing. menjadi makhluk di galaksi yang berbeda. Bertemu adalah hal yang teramat sulit. Semoga saja badai ini lekas berakhir. Berganti ranum fajar merah. Duduk ditepi sawah menunggu adzan maghrib sambil bercanda tawa. Ingatkah itu. Kini hanya satu kata yang mampu menggambarkannya. BERBEDA.
Ibu maafkan anakmu ini. Harapku kau bisa melihat kelak kesuksesanku. Sehatlah selalu. Akhir-akhir ini kau jatuh sakit. Dinding hatiku terketuk, berharap runtuh saja. Aku sangat sayang padamu. Doakan deawasaku beriring dengan senyum tuamu yang indah. Amin.

Semarang 1 Maret 2017
Ditulis menjelang dzuhur, setelah khilaf diiringi lagu sendu dan secangkir kopi susu.