MELEPASKAN UNTUK MENJAGA
Beberapa hari belakangan ini kotaku menimba ilmu dilanda hujan.
Cuaca yang sangat enak untuk memutar kembali kenangan. Akhir-akhir ini aku juga
mulai dekat dengan salah seorang bunga yang dulu pernah layu. Yaaa….. benar
mantan kekasih yang kini hadir dan mencoba membangun pondasi ranum asmara
bersamaku lagi. Namun sedikit ada kegelisahan dalam hatiku. Aku dekat dengan
seorang wanita namun aku juga masih mengharapkan cinta dari wanita yang sedari
lama aku puja.
Amnose, yaaaa….wanita yang kerap kali aku panggil gadis tudung labu
itu entah mengapa hinggaa kini tak kunjung bisa terhapus dari pikiranku. Entah
mengapa aku selalu terpikat padanya. Hanya saja dia adalah bidadari surga,
sedangkan aku adalah pemuda jalang yang tak kunjung kembali ke fitrah putih
religiusnya. Bukankah dua analogi tersebut tidak pantas bila disandingkan.
Penutupnya adalah , sia-sia saja bila aku mengejar yang memang taka ada
ketertarikan padaku, sedangkan disana ada yang menuggu sejak lama perhatianku.
Aku tidak menyesal, aku tidak lelah. Sampai kapan-pun aku akan tetap
mencintainya. Memandang kebahagiannya bersama dengan pilihannya. Yang paling
terpenting adalah, setidaknya dia tau aku selama ini menaruh rasa padanya.
Semoga kita saling bahagia kelak. Walapun tidak dalam satu atap asmara, hanya
aku berharap kita tetap saling menyebut nama dalam doa. Ini adalah konklusiku,
akhir pelarianku. Tetapi ini adalah garis akhir dari ketersia-sian.
Ditulis sehabis rintik hujan sore
Beringin, 14 Maret 2017
Pemuda jalang tampang kusam.